
Acara dibuka dengan Sambutan oleh Ustdzh. Rikeu Indah M, selaku Ketua Panitia dan juga Sekretaris Umum Muslimah HTI Jawa Barat. Dalam kesempatan ini Ustdzh. Rikeu Indah M. menyampaikan keprihatinan kepada para ibu yang senantiasa diliputi kesulitan hidup, ketakutan dan kekhawatiran akan nasib diri dan masa depan anak-anaknya. Sulitnya mendapatkan kebutuhan pokok (pangan, sandang, dan papan). Begitu juga dengan kesehatan dan keamanan.
Berbagai pertanyaan terkait ketidakadilan antara yang kaya dan yang miskin senantiasa berkecamuk. Padahal, Allah SWT telah menjawab pertanyaan itu dalam QS. al-Hasyr ayat 7. Ayat ini menjelaskan bahwa harta itu tidak boleh beredar di kalangan orang kaya saja. Dan Allah memberi kewenangan kepada Rasulullah saw. sebagai Amirul Mu’minin untuk mengatur dan mengelola distribusi harta agar tersebar merata, sehingga setiap individu bisa menggunakan harta itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan saat ini umat Islam membutuhkan pengatur dan pemutus pemerataan harta di antara umat, yaitu seorang khalifah.
Khalifah akan mengatur kebutuhan rakyatnya dengan syariat Islam, bukan dengan sistem demokrasi seperti saat ini yang menyebabkan kesenjangan dan ketidak adilan bagi rakyatnya, khususnya para ibu. Sistem politik demokrasi meniscayakan kebebasan kepemilikan, dan sistem ekonomi kapitalis menjadikan para pemimpin negara menjual kekayaan milik rakyat kepada pengusaha, bahkan pengusaha asing dan kafir sekalipun. Akibatnya, rakyat hanya mendapatkan sedikit kekayaan, bahkan tidak mendapatkan apa-apa. Belum lagi negara yang memeras rakyatnya dengan memungut pajak dari rakyatnya sendiri. Kesempitan hidup begitu terasa. Jika sudah begini, siapa saja akan bekerja apa saja untuk bertahan hidup, termasuk para ibu. Para ibu terpaksa bekerja dan mengorbankan peran utamanya sebagai seorang ibu. Hukum kapitalisme ini telah mewajibkan perempuan bekerja. Perempuan telah beralih fungsi menjadi mesin ekonomi dan dibebani tanggung jawab untuk menyelamatkan kondisi ekonomi keluarga.
Akibatnya, fungsi ibu sebagai ‘madrasah ula’ bagi putra-putrinya tidak berjalan. Belum lagi opini menyesatkan bahwa agar perempuan para ibu terpenuhi hak-haknya maka ia harus sejajar dengan laki-laki. Kesejajaran ini justru melegalkan tindakan abai laki-laki terhadap perempuan. Laki-laki tidak harus menafkahi dan bertanggung jawab atas perempuan. Dampak lanjutannya, fungsi kepemimpinan suami terkikis. Rumah tangga menjadi tidak harmoni, bahkan tidak jarang berujung kepada perceraian. Anak-anak menjadi korban. Tidak sedikit anak-anak korban perceraian terjerumus ke dalam masalah narkoba, seks bebas, dll sebagai pelampiasan masalahnya.
Solusi atas semua permasalahan yang menimpa para ibu adalah dengan menerapkan sistem Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah. Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan sangat menghormati para ibu dengan tidak mewajibkannya mencari nafkah, sehingga ia bisa fokus menunaikan kewajiban utamanya mengurus keluarga dan mendidik anak-anak.Ia tidak perlu dibebani dengan peran ganda. Ia bisa menikmati kebahagiaan hidup sesuai dengan fitrah penciptaannya.
Solusi atas semua permasalahan yang menimpa para ibu adalah dengan menerapkan sistem Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah. Islam sebagai agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan sangat menghormati para ibu dengan tidak mewajibkannya mencari nafkah, sehingga ia bisa fokus menunaikan kewajiban utamanya mengurus keluarga dan mendidik anak-anak.Ia tidak perlu dibebani dengan peran ganda. Ia bisa menikmati kebahagiaan hidup sesuai dengan fitrah penciptaannya.
Khalifah akan menjalankan sistem ekonomi yang akan menjamin pemenuhan kebutuhan hidup para ibu. Begitu pentingnya keberadaan khilafah yang akan menyelamatkan Indonesia dari keburukan sistem sekular buatan manusia, sudah sepantasnya setiap muslim tidak menolak khilafah, bahkan akan berlomba-lomba dalam usaha menegakkannya. Oleh karena itu, Kongres Ibu Nusantara (KIN) mengajak para ibu untuk memahami Islam dengan utuh dan menyeru untuk turut dalam perjuangan penegakan kembali khilafah sebagai solusi tuntas persoalan para ibu.
Sesi Talk show yang dipandu oleh Ustdzh. Novita (Anggota Lajnah Khusus Mubalighah Muslimah DPD I HTI Jawa Barat) selaku moderator dengan dua orang narasumber, yaitu Ibu Lilis, mantan buruh migran, dan Ustdzh. Siti Nafidah Anshory, S.P., M.Ag. (Ketua Muslimah DPD I HTI Jawa Barat). Ibu Lilis menceritakan pengalamannya selama 6 tahun sebagai TKW di Saudi Arabia yang dieksploitasi oleh majikannya. Sedangkan Ustdzh. Siti Nafidah menyampaikan bahwa ibu-ibu saat ini memiliki peran ganda. Selain sebagai ibu rumah tangga, mereka juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Tidak jarang mereka menjadi buruh pabrik dan buruh migran (TKW) yang waktu kerjanya bisa sampai 24 jam.Kondisi ini menimbulkan masalah baru seperti perceraian, dekadensi moral anak-anak,dll. Ini semua disebabkan oleh diterapkannya sistem kapitalisme di negeri ini. Solusi untuk menyelesaikan masalah para ibu hanyalah dengan menerapkan sistem Islam yang nyata-nyata menyejahterakan para ibu di bawah naungan Daulah Khilafah Tsaqofah Islamiyah
Post a Comment