Headlines News :
Home » , , » Fika M. Komara : Perempuan di Era Kosmopolitan

Fika M. Komara : Perempuan di Era Kosmopolitan

Written By Unknown on Sunday, April 20, 2014 | 11:20 AM


oleh: Fika Komara (Aktivis Muslimah Media Center Asia Tenggara")

Kini manusia hidup di era kosmopolitan. Kos.mo.po.li.tan dalam kamus besar bahasa indonesia bermakna: a 1 mempunyai wawasan dan pengetahuan yg luas; 2 terjadi dr orang-orang atau unsur-unsur yg berasal dr pelbagai bagian dunia (http://kbbi.web.id/kosmopolitan)

Pada Masa Islam, terdapat hubungan interaktif dalam kegiatan ekonomi perdagangan antara sultan, ulama dan saudagar yang harmonis melahirkan kaum saudagar-santri yang bergaya hidup egaliter, dinamis dan cosmopolitan terutama di wilayah pesisir utara pulau Jawa. (Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid Asia Tenggara, Ichtiar Baru Van Hoeve)


Dalam periodisasi abad ke-16 s.d 18 sejarah Indonesia dikenal sebagai masa keemasan kesultanan Islam yang tersebar di kepulauan Nusantara yang sebagian besar lahir berbasiskan perekonomian maritim. Era Islam di Nusantara ini, mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan di hampir seluruh wilayah di Nusantara, sehingga era ini sering disebut sebagai era kebangkitan dan kemajuan Nusantara

Semua gambaran itupun berubah saat datang masa kolonialisme barat||Dalam bidang politik perekonomian, mengalami kemunduran dengan gaya penjajahan yang mereka lakukan||Bidang politik pemerintahan, menyebabkan hilangnya sebagian besar entitas kesultanan Islam

Bangsa ini perlu menyadari bahwa Islam-lah identitas sejati mereka, yang memuliakan, mensejahterakan dan membawa keberkahan pada bumi Nusantara ini||BUKAN identitas lain yang diKONSTRUK oleh paham-paham sekuler!

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. AL A’RAAF:96)

Namun kafir takan biarkan Kaum Muslim kembali temukan identitasnya||Karena itu bisa hentikan nafsu penjajahannya
Kafir barat upayakan dua strategi dengan dua narasi||strategi mendekonstruksi dan mendistorsi pemahaman Islam dari benak kaum muslim, bahkan menghancurkan gambaran kesempurnaannya, hingga hanya sisakan rasa fobia||Isu perempuan, menjadi salah satu jalannya|| Mereka katakan, Islam hinakan dan menomorduakan kaum perempuan

Narasi selanjutnya, Kafir barat agungkan peradaban mereka||gambarkan kedigdayaan dan keluhuran peradaban yang rapuh dan bobrok sejatinya|| melalui isu perempuan, mereka sampaikan, pamahaman baratlah yang berhasil tinggikan derajat perempuan||dengan slogan Pemberdayaan, Kehormatan, dan Kebahagiaan yang mereka nisbahkan bagi perempuan pekerja penghasil materi dunia

Namun fakta berbicara lain||gambarkan kehidupan perempuan yang sejatinya terjadi di negeri mereka yang senantiasa disembunyikan

Apakah perempuan di Barat lebih dihormati karena pekerjaannya? Nyatanya, di UK, 50% perempuan mngalami pelecehan seksual di tempat kerja.

Apakah perempuan di Barat lebih diberdayakan karena jabatannya? Ternyata, Aspek “keibuan” menjadi tak bernilai di bawah sistem mereka, kapitalisme, yang memberikan penghargaan lebih pada pencipta kekayaan materi dibanding pada pemelihara generasi baru. Dimana aspek pemberdayaannya?

Apakah perempuan di Barat lebih bahagia karena pekerjaannya? Faktanya, dalam sebuah studi dari 30 negara Eropa, yang diterbitkan tahun lalu oleh European College of Neuropsychopharmacology, peneliti menemukan bahwa depresi di antara perempuan di Eropa telah meningkat dua kali lipat selama 40 tahun terakhir karena beban yang mengharuskan pnyeimbangan tanggung jawab keluarga dengan tekanan berat pekerjaan.

Akhirnya, gambaran perempuan yang ditawarkan Barat dengan segudang janji manisnya harus kita tinggalkan dan campakkan||Dan akhirnya, gambaran Perempuan dalam Islam dengan seluruh kesempurnaannya, satu-satunya yang harus menjadi pilihan identitas bagi seorang perempuan, terutama seorang Muslimah.

Muslimah di era kosmopolitan harus memiliki : kesadaran politik dan kesadaran identitas yang kuat. Teguh memegang identitasnya: muslimah||Bertaqwa: mengetahui seluruh hukum syara serta mengaplikasikannya||Berkesadaran politik (wa’yu siyasi): kesadaran akan politik berkaitan dengan kewajibannya sbagai muslimah untuk amar ma’ruf nahyi munkar

Kesadaran politik adalah upaya manusia untuk memahami bagaimana memelihara urusannya||Atau an-nadzrah ila ‘alam min zawiyat[in] khashshah (pandangan yang universal/global dengan sudut pandang yang khas

Seorang muslimah memiliki kesadaran politik adalah saat adanya perhatian terhadap kepentingan umat dengan perhatian yang sempurna||Terlihat dari kepedulian seorang Muslimah terhadap umat dalam perkataannya seperti: “Apakah tentara Islam mendapat kemenangan?” sebelum ia menanyakan keadaan anaknya/ suaminya yang ada di antara tentara itu (Kitab Fikrul Islam – Muhammad Ismail)

Wahai muslimah, tetaplah istiqomah tuk genggam Islam sebagai identitas kita.
"Istiqamahlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Hud: 112)
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Jabar Bersyariah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger