Headlines News :
Home » , » Ismail Yusanto (Jubir HTI) : Indonesia dan Dunia Inginkan Syariah

Ismail Yusanto (Jubir HTI) : Indonesia dan Dunia Inginkan Syariah

Written By Unknown on Tuesday, April 15, 2014 | 1:52 PM

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI
Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi hasil survei yang dilakukan lembaga lain yang juga menunjukkan angka di kisaran yang sama.
Bahkan dalam survei yang dilakukan PEW ResearchCenter menemukan fakta bukan hanya di Indonesia tetapi kaum Muslim di berbagai belahan dunia lainnya juga menginginkan tegaknya syariah dalam level negara. Di seputar itulah wartawan tabloid Media Umat Joko Prasetyo berbincang dengan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya.
Apa pentingnya survei ini?
HTI ingin mengetahui respon publik terhadap dua isu utama terkait dakwah, yakni tentang syariah dan khilafah.  Bagi kita mengetahui respon publik terhadap dua isu tadi sangat penting, karena hal itu akan mencerminkan sikap, tanggapan dan dukungan publik terhadap hal-hal yang menjadi pusat perhatian kita selama ini.

Mengapa memilih SEM Institute untuk melaksanakan survei ini?
Kita memilih SEM Institute, sebuah konsultan nasional yang kita ketahui telah berpengalaman panjang dalam riset publik, untuk melakukan survei tersebut.
Hasil survei tersebut mencerminkan apa?
Dari survei itu kita mendapatkan beberapa temuan penting. Di antaranya, terdapat 72 persen responden setuju dengan syariah. Angka ini selaras dengan hasil survei lain seperti PPIM UIN Jakarta tahun 2003 lalu dan  PEWResearch Center dari AS tahun lalu, yang juga mendapatkan angka kurang lebih sama.
Kemudian, dari mereka yang telah mengenal istilah khilafah, terdapat 81 persen yang mendukung khilafah. Fakta ini sangat menarik, karena ternyata di tengah derasnya arus sekulerisasi yang melanda negeri ini, mayoritas umat tetap kokoh memegang identitas mereka sebagai Muslim dengan tetap mendukung syariah dan khilafah.
Dari survei itu kita juga bisa mengetahui alasan-alasan dari sekitar 14 persen mereka yang menolak syariah.
Ada yang mengatakan bahwa hasil survei itu harus dibuktikan pada 9 April, apakah Parpol Islam menang atau kalah. Komentar Anda?
Tingginya angka persetujuan terhadap syariah ternyata tidak selalu berkorelasi dengan perolehan suara partai Islam dalam pemilu-pemilu lalu. Keadaan serupa kemungkinan akan terjadi pula pada pemilu mendatang.
Mengapa?
Saya kira, hal ini terutama disebabkan persepsi publik yang belum menganggap bahwa partai Islam benar-benar memperjuangkan syariah Islam.
Adakah indikasi dalam survei tersebut yang menunjukkan keberhasilan dakwah HTI?
Tidak ada indikasi langsung. Kita juga tidak pernah mengklaim bahwa itu semua terjadi berkat keberhasilan dakwah HTI. Ada banyak kelompok yang bergerak di tengah umat, dan mereka semua tentu turut andil terhadap tumbuhnya kesadaran umat.
Adapun mengenai respon terhadap khilafah, saya kira dalam hal ini peran HTI cukup besar mengingat selama ini memang HTI-lah yang secara vokal dan konsisten menyerukan umat untuk berjuang bagi tegaknya khilafah.
Apa yang harus dilakukan kaum Muslimin ke depan terhadap hasil temuan survei ini?
Survei ini memberikan informasi kepada kita tentang apa yang terjadi di tengah umat. Ibarat perjalanan, hasil survei ini bolehlah disebut sebagai terminal untuk sejenak kita menengok hasil perjalanan yang sudah kita lewati.
Kita harus bersyukur atas semua pencapaian itu. Tapi harus diingat, ini bukan terminal akhir yang karena itu kita boleh berpuas diri apalagi berhenti. Perjalanan masih panjang hingga tercapai kemenangan. Karena itu, kita harus bekerja lebih keras dengan penuh keikhlasan dan kesabaran hingga tercapai kemenangan.
Respon apa yang harus diberikan para aktivis dakwah mengingat masih adanya penolakan penegakan syariah dan khilafah?
Memang ada sekitar 14 persen yang menolak syariah dan sekitar 20 persen yang menolak khilafah. Secara nominal, bagaimana pun angka itu cukup besar. Apalagi bila didukung oleh kekuatan-kekuatan eksternal, kubu yang menolak bisa menjadi hambatan yang serius untuk tercapainya cita-cita.
Oleh karena itu, kita harus berusaha keras untuk menepis setiap perkara yang menjadi dasar penolakan mereka seperti bahwa syariah tidak tepat untuk masyarakat plural, atau khilafah akan membahayakan negarakita ini.
Apa yang harus dilakukan para aktivis dakwah agar mereka yang menolak, berbalik menjadi mendukung perjuangan syariah dan khilafah?
Tidak ada cara lain, harus dengan pendekatan dan penjelasan. Tentang ancaman terhadap negara ini misalnya, kita harus menegaskan bahwa secara riil ada dua ancaman utama terhadap negeri ini, yakni sekulerisme dan neoimperialisme atau penjajahan model baru yang dilakukan oleh negara adikuasa.
Semenjak Indonesia merdeka, telah lebih dari 60 tahun negeri ini diatur oleh sistem sekuler, baik bercorak sosialistik di masa Orde Lama maupun kapitalistik di masa Orde Baru dan neo liberal di masa Reformasi.
Maka,  bukan kebaikan yang diperoleh oleh rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim itu, melainkan berbagai problem berkepanjangan seperti kemiskinan, korupsi, kerusakan moral dan sebagainya yang  datang secara bertubi-tubi.
Ancaman kedua, neoimperialisme. Indonesia memang telah merdeka. Tapi penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara Barat tidaklah berakhir begitu saja. Akibatnya, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tidak lagi merdeka secara politik.
Jadi, jelas sekali syariah akan menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan akibat sistem sekuler. Dan khilafah akan menghentikan neoimperialisme yang kini tengah menjerat negeri-negeri Islam, termasuk Indonesia, yang dilakukan oleh negara adikuasa. Kejahatan adikuasa hanya mungkin bisa dihentikan oleh kekuatan adikuasa juga. Itulah khalifah.
Bagaimana pula persepsi responden terhadap HTI?
Lebih dari 70 persen responden mengaku mengenal HTI, dan  sekitar 60 persen dari mereka menganggap HTI lah kelompok yang paling giat dan paling diharap dalam perjuangan penegakan syariah, bahkan untuk khilafah mencapai lebih dari 70 persen.
Sekitar 75 persen menyatakan memahami dan setuju dengan apa yang diperjuangkan oleh HTI. Dan secara umum mereka mempersepsi HTI sebagai kelompok yang syar’i (sangat berpegang pada syariah), ide-idenya cerdas dan konseptual, pemikirannya bersifat ideologis, konsisten, kader-kadernya muda-muda dan tangguh, sehingga paling bisa diharap untuk kebangkitan umat.
Lantas bagaimana tren umum di dunia Islam terhadap upaya penerapan syariah Islam hingga level negara?
Pada bulan April tahun lalu, PEW Research Center yang bermarkas di Washington DC merilis hasil surveinya terkait opini publik mengenai dukungannya terhadap penerapan syariah di level negara.
Cakupan survei ini cukup luas dengan melibatkan 38.000 responden di  39 negara di wilayah Afrika, Asia dan Eropa. Hasilnya, dukungan umat Islam terhadap penerapan syariah di Indonesia juga di angka 72 persen, Pakistan (84 persen), Bangladesh (82 persen), Afghanistan (99 persen), Thailand (72 persen), dan Malaysia (86 persen). Di Timur Tengah dan Afrika: Irak (91 persen), Palestina (89 persen), Maroko (83 persen), Mesir (74 persen), Yordania (71 persen), Niger (86 persen), Djibouti (82 persen), Kongo (74 persen) dan Nigeria (71 persen).
Gejala apa yang ditunjukkan oleh hasil survei PEW tersebut?
Hasil survei ini menunjukkan bahwa bukan hanya di Indonesia, tapi juga di banyak negeri Muslim, aspirasi untuk kembalinya syariah ternyata juga sangat besar. Saya kira mereka menyadari bahwa kebaikan hanya ada pada Islam dengan syariahnya, bukan dalam sistem sekuler yang telah nyata-tanya gagal membawa kebaikan.
Kenyataan ini semestinya harus memberikan optimisme kepada kita akan hasil perjuangan, dan mendorong kita semua untuk lebih konsisten, sabar dan sungguh-sungguh dalam jalan perjuangan untuk tegaknya syariah dan khilafah.[]
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Jabar Bersyariah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger