Headlines News :
Home » , » Inilah Dosa Investasi yang Setiap Saat Kita Dapatkan, dan Bagaimana Cara Menggugurkannya

Inilah Dosa Investasi yang Setiap Saat Kita Dapatkan, dan Bagaimana Cara Menggugurkannya

Written By Unknown on Tuesday, January 7, 2014 | 1:53 PM



Dosa InvestasiJadi, kita semua kan udah tahu, bahwa tujuan kita hidup di dunia ini adalah untuk bertaqwa kepada Allah. Ngerjain semua apa yang diperintahkanNya, dan ogah ngerjain semua apa yang dilarangNya. Pokoknya secara total kita lakoni syariatNya. Mulai dari itu:
  • Aturan antara seorang hamba dengan Allah,
  • Aturan antara seorang hamba dengan hamba lainnya,
  • Maupun aturan antara seorang hamba dengan dirinya sendiri.
Yah, total. Tidak ada pilih-pilih.

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh)..."
[QS. Al-Baqarah (2): 208]
Nah, sayangnya, sekarang ini, kita malah hobinya milih-milih. Nggak mau ngerjain semua syariat tersebut. Meskipun, kadang kita emang dari awal punya niat kuat untuk ngerjainnya. Hanya saja, kondisi zaman sekarang tidak dapat mengadakan rukun dan syarat untuk melakoni syariat tersebut. Loh? Ada gitu ya Dan? Iyah ada. Saran saya, teruslah membaca.
Puasa VS Qishaash
Saya yakin, pasti Anda sudah hafal banget dengan Surat Al-Baqarah ayat ke-183 kan? Hehehe! Ntah Anda hafalnya dari TK, SD, SMP, SMA, atau kapanpun. Lantaran, ayat tersebut kerap dilantunkan tatkala bulan Ramadhan. Iyah, tidak lain dan tidak bukan, ayat tersebut adalah nash (dalil tegas) yang menyerukan kepada kita untuk melakoni puasa wajib, puasa Ramadhan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa..."
[QS. Al-Baqarah (2): 183]
Sekarang, sejenak, cobalah kita mundur ke 5 ayat yang ada di belakangnya. Yakni, ayat ke-178. Disitu, tercantum:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu melaksanakan qishaash..."
[QS. Al-Baqarah (2): 178]
Sudah Anda lihat? Perhatikanlah secara saksama. Coba Anda lihat, apa perbedaan diantara kedua ayat tersebut? Ternyata, hampir mirip. Perbedaannya hanya satu kata yang diujung ayat. Yakni, di ayat 183 diwajibkan puasa, sedangkan di ayat 178 diwajibkan qishaash.

Naah, pertanyaannya, kenapa selama ini puasa kita kerjain, tapi qishaash tidak kita kerjain? Padahal, sama-sama wajib loh! Struktur kalimatnya sama! Apa bedanya coba? Hei, jawab! Apa bedanya coba? Tidak ada. Kedua ayat tersebut sama-sama nash (dalil tegas). Dengan kata lain, sekiranya kita tidak melakoni qishaash, berarti kita berdosa. Sama halnya kalau kita nggak berpuasa Ramadhan. Karena fardhu kifayah ini tak kunjung ada yang melakukannya.

Dan masih banyak lagi sebetulnya fardhu kifayah yang tidak bisa kita kerjain. Seperti halnya rajam, potong tangan, penggunaan mata uang dinar-dirham, pendidikan gratis, lapak gratis, berobat gratis, nikah gratis, cegah ikhtilat, tinggalkan riba, tinggalkan pajak, pengelolaan SDA, dan lain-lainnya. Inilah yang biasa disebut: dosa investasi.
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman."
[QS. An Nuur (24): 2]
"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
[QS. Al-Maa'idah (5): 38]
Tak Tercapainya Rukun dan Syarat

"Loh? Kok gini aja dibikin repot Dan? Yaudah tinggal kita kerjain aja!" Tidak bisa. Soalnya, yang namanya kewajiban itu, baru bisa kita kerjain dan beresin, kalau udah termasuk rukun dan syaratnya.

Misal, Anda baru bisa sholat shubuh, kalau Anda udah ambil air wudhu, tempat sholat Anda bersih, dan adzan shubuh udah berkumandang, serta lain-lainnya. Kalau misalnya belum adzan shubuh, yah Anda nggak bisa sholat shubuh. Kalau tempat sholat Anda kotor kena najis semua, yah Anda nggak bisa sholat shubuh.

Nah, begitu pula soal cara melaksanakan qishaash, rajam, potong tangan, dan sebagainya. Yang namanya qishaash, hanya boleh dilakoni oleh negara (daulah). Tidak bisa dilakukan oleh perorangan. Jadi, sekiranya negara nggak mau melakukan? Yah dosalah kita semua. Berarti kita melantarkan kewajiban yang harusnya dilakukan. Yang namanya fardhu kifayah kan, kalau nggak dikerjain, semuanya umat muslim akan berdosa bila tidak ada yang mengerjakannya. Dan kewajiban tersebut hanya bisa gugur bila sudah ada yang melakukannya.

Persis seperti halnya fardhu kifayah:
  • Tatkala ada jenazah orang meninggal, namun jenazahnya tidak diurus, siapakah yang dapat dosa? Yah semua umat muslim dapat dosa!
  • Tatkala ada orang yang mencuri lebih dari 1/4 dinar, namun tangannya tidak dipotong, siapakah yang dapat dosa? Yah semua umat muslim dapat dosa!
  • Tatkala ada orang-orang yang melakukan hubungan seks di luar nikah, namun tidak dirajam, siapakah yang dapat dosa? Yah semua umat muslim dapat dosa!
"...Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab, dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?..."
[QS. Al-Baqarah (2): 85]
Sekarang, coba Anda bongkar data-data terkait:
  • Jumlah kasus pembunuhan dalam sehari (atau dalam sebulan? Atau dalam setahun?)
  • Jumlah kasus pemerkosaan?
  • Jumlah hubungan seks di luar nikah?
  • Jumlah wanita yang sudah tidak perawan pra-menikah?
  • Jumlah kasus pencurian?
  • Jumlah kasus korupsi?
  • Jumlah kasus pemurtadan?
  • Jumlah transaksi bunga hutang?
  • Jumlah pemungutan pajak?
  • Jumlah SDA yang diolah swasta?
  • Dan masih banyak lagi.
Inilah harusnya hal-hal yang sangat patut kita risihkan, sebagaimana kita risih bila belum sholat. Malahan, lebih patutnya lagi kita nangis. Yah, kalau saya pribadi udah nangis. Karena kan ngelakoni syariat itu wajib. Itu bukti cinta kita pada Allah. Bukti keta'atan kita. Tapi, kita tak kunjung bisa melakoni fardhu-fardhu tersebut. Padahal, yang namanya fardhu kifayah itu 90% dari syariat Islam. Sedangkan fardhu 'ain itu cuman 10%.
"Apabila zina dan riba sudah merajalela di suatu negeri, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri."
[HR. al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani]
Tidak heran, jadinya hari ini kita terpuruk. Umat muslim terus-terusan dibantai oleh kaum kafir. Semakin miskin, semakin bodoh, dan semakin lemah. Pemuda-pemudanya pun malah sibuk ngerjain hal-hal yang nggak berguna. Yang lebih parah lagi, sesama muslim pun jadi berantem, gara-gara hal yang tak penting.

Itu sebabnya, yang namanya Daulah itu penting. Dan memang, itu pulalah yang dicontohkan Rasulullah. Tatkala beliau hijrah ke Madinah, kemudian orang-orang Madinah menerima Islam, dan akhirnya beliau membangun Daulah Islam Nabawiyyah. Hingga dilanjutkan menjadi Daulah Khilafah Islamiyyah.




Jelaslah, harus ada Daulah Islam (negara Islam). Negara dimana semua umat muslim bersatu dan tinggal di satu negara tersebut. Serta semua umat muslim di dunia hanya dipimpin oleh satu Khalifah. Tidak seperti sekarang, umat muslim terpecah belah mendirikan negerinya sendiri (nasionalisme), dan dipimpin oleh Presiden ataupun Raja. Notabene, pemimpinnya tak mau melakoni syari'at Allah secara kaffah (total).
"...maka putuskanlah perkara mereka, menurut apa yang Allah turunkan. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu..."
[QS. Al-Maa'idah (5): 48]
"...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir."
[QS. Al-Maa'idah (5): 44]
Gimana Cara Menggugurkannya Dosa Investasi Ini?

Rasulullah pernah bilang:
"Telah diangkat dari ummatku dosa karena mengerjakan sesuatu lantaran ketidaksengajaan, karena kelupaan dan karena dipaksa.”
[HR. Ibn Mâjah, ath-Thabarani, dan al-Hâkim]
Dengan kata lain, selama maksiat itu tidak kita niatkan, tidak kita dukung (golput), dan malah kita tentang, insya Allah kita tak terkena dosa.

Meskpun begitu, berhubung saat ini Daulah Islam tidak ada, sehingga banyak fardhu yang tak bisa diselesaikan, maka berlakulah sebuah kaidah fiqih, Mâ lâ Yatimmu al-Wâjibu illâ bihi fa Huwa Wâjib. Yang artinya, suatu kewajiban yang tidak bisa sempurna bila tidak ada sesuatu, maka mengadakan sesuatu itu hukumnya menjadi wajib.

Contohnya, Anda mau sholat. Tapi, tiba-tiba celana Anda kenak pipis adik bayi Anda. Jadi najis deh celana Anda. Padahal, mengenakan celana yang suci (tidak bernajis) itu merupakan sesuatu yang bisa membantu sholat Anda jadi sempurna. Nah, maka, mencari celana yang suci menjadi wajib hukumnya.

Tapi, kalau Anda nggak punya duit buat beli celana baru? Maka, kerja mencari duit buat beli celana yang suci jadi wajib hukumnya. Nggak bisa kerja? Maka, belajar mengasah skill supaya bisa kerja dan dapat duit menjadi wajib hukumnya. Dan begitu seterusnya.

Nah, jadi, sekiranya Daulah Islam tidak ada, maka membuat Daulah tersebut menjadi ada adalah wajib hukumnya. Caranya? Caranya, sebagaimana cara Rasulullah membangun Daulah pula. Dakwahkanlah Islam semasif mungkin.
“Barangsiapa di antara kalian melihat suatu perbuatan munkar lalu mengubah dengan tangannya, maka ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan barangsiapa yang tiada sanggup untuk mengubah dengan tangannya, lalu mengubah dengan lisannya, maka sungguh ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan barangsiapa tiada sanggup untuk mengubah dengan lisannya, lalu mengubah dengan hatinya (yakni mengingkarinya), maka ia sudah terbebas dari kesalahan. Dan yang terakhir adalah tingkatan iman yang terlemah.”
[HR. An-Nasai]
"Kalian adalah umat terbaik, yang ditampilkan ke tengah manusia lainnya, supaya kalian menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah....."
[QS. Ali 'Imran (3): 110]
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; Dan merekalah orang-orang yang beruntung.."
[QS. Ali 'Imran (3): 104]
Berarti sekarang pilihannya cuman 2. Anda mau ikut berjuang menegakkan agama Allah, sehingga menjadi manusia yang terbaik? Atau berdiam diri saja?
Apakah kita ini semangat mendakwahkan Islam, maupun males bahkan nggak mau karena banyak alasan, paling tidak nanti tatkala di akhirat, masing-masing dari kita dihadapkan pada Allah, kita semua punya jawaban (hujjah) masing-masing. 
Syukur-syukur kan, seandainya pas Allah tanya, "Wahai Dani! Apa kau udah berdakwah?" Insya Allah saya bisa jawab, "Sudah ya Allah.." Terus, seandainya pas Allah tanya Anda, "Apa kau udah berdakwah?" Apa jawaban Anda? (danisiregar)
Share this post :

+ comments + 1 comments

February 7, 2015 at 8:08 AM

blog yang bagus dan informatif, yang berisi semua informasi dan juga memiliki dampak yang
agen casino

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Jabar Bersyariah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger